Tuesday, February 26, 2013

SUBNETTING II


Menguasai konsep subnetting sangat penting untuk menguasai teknik jaringan komputer. Subnetting sangat terpakai dalam aktivitas sehari-hari membangun jaringan komputer dan troubleshooting ketika terjadi masalah jaringan. Subnetting berhubungan dengan IP address dan banyak operasi lainnya dalam jaringan diantaranya masalah routing baik sederhana maupun kompleks.

Pertama kita mencoba mengumpulkan berbagai topik yang berkaitan dengan subnetting. Ini agar proses belajar kita lebih mendalam dan sederhana. Kasus-kasus dan topik yang berhubungan dengan subnetting seperti di bawah ini.

  1. Definisi subnet dan subnetting
  2. Classful dan Classless subnetting
  3. Network address, broadcast address dan jumlah maksimal host dalam subnet
  4. Menentukan semua host (jangakauannya, hos min, host max) jika diketahui alamat subnet-nya
  5. Diketahui IP, berapa subnet address-nya dan host maksimalnya
  6. Menentukan subnet mask untuk jumlah subnet dan host minimal per subnet
  7. CIDR Address
  8. Supernet : menambah host dan merubah susunan bit-bit
  9. Routing dan gateway
  10. Latihan subnetting di http://www.indiabix.com/networking/subnetting/.

Definisi Subnet dan Subnetting
Subnet adalah menambah jumlah network dengan menambah bit network dan mengurangi bit host. Contohnya untuk alamat 192.168.10.1/24 memiliki bit-bit 10101100.00010000.00001010. 00000001. Alamat ini memiliki alamat network 192.168.10.0 dan alamat host 192.168.10.1. Alamat ini merupakan bagian dari kelas C yang memiliki netmask 255.255.255.0 yang menggambarkan jumlah alamat jaringan yang dapat dibuat adalah 255 x 255 x 255 jaringan. Untuk memperlebar jumlah jaringan, maka dapat dilakukan dengan metode subnetting, tanpa melihat perhitungan ip address berdasar klasifikasi A, B atau C. Kelas C yang memiliki bit netmask 11111111.11111111.11111111. 00000000 (255.255.255.0) dapat diperlebar dengan menambah bit satu pada bit-bit nol. Ini tentunya menyebabkan jumlah alokasi IP untuk masing-masing jaringan berkurang. Jika untuk kelas C, akan didapat sebanyak 255 IP per jaringan (netmask = 255.255.255.0 vs. wildcard (jumlah host) = 0.0.0.255). Dengan merubah netmask menjadi 255.255.255.128 atau dalam bentuk bit-bit 11111111.11111111.11111111.10000000, maka kita lihat alokasi awal alamat jaringan (kumpulan bit 1 yang berhuruf tebal) bertambah 1 dengan mengambil 1 bit pada byte host (dari 00000000 menjadi 10000000). Nah, dari sini jumlah jaringan bertambah 2 (nol dan satu, 00000000 dan 10000000).

Classful vs Classless Subnetting
Perhitungan IP address dapat menggunakan konsep classful dan classless. Classful membagi ip address menjadi kelas A, B, C, D dan E. Kita mengetahui susunan IP Address terdiri dari 4 byte. Untuk 172.168.10.1 (byte 1 = 172, byte 2 = 168, byte 3 = 10, byte 4 = 1). IP address yang terdiri dari alamat jaringan (network address) dan alamat host (host address). Alamat jaringan dan host ini dapat berbeda jumlah dan kapasitasnya, tergantung pada kelas apa.
Masing-masing kelas dapat ditandai dengan nilai pada byte pertama, jadi kita dapat membedakan dengan mudah masuk kelas apa suatu alamat IP. 11111111.11111111.11111111.11111111. Byte pertama dengan tulisan tebal, akan diganti 3 bit pertamanya untuk mendapatkan alamat-alamat jaringan untuk kelas A, B, atau C (kelas D dan E digunakan untuk penelitian saja.) Di bawah ini alokasi IP address untuk kelas A, B dan C
Kelas A = 11111111.11111111.11111111.11111111
Kelas B = 11111111.11111111.11111111.11111111
Kelas C = 11111111.11111111.11111111.11111111

Kelas A hanya memiliki kombinasi alamat jaringan 1 byte pertama, sehingga hanya memiliki 255 alamat jaringan saja. Adapun lainnya digunakan untuk alamat host sebanyak 255x255x255 IP address. Kelas B menggunakan 2 byte dari total 4 byte alamat IP (= 255x255 (=65535) alamat jaringan dan 255x255 (=65.534) alamat host). Adapun kelas C memiliki paling banyak alokasi alamat jaringan yaitu 3 byte pertama dari seluruh byte alamat, yaitu 255x255x255 (=16.581.375) dan alamat host per jaringan sebanyak 254 saja. Untuk alamat byte pertama dari masing-masing kelas seperti berikut (yang di dalam kurung) :

Kelas A = (00000001 – 011111111).11111111.11111111.11111111 = (1-126).255.255.255
Kelas B = (10000000 – 101111111).11111111.11111111.11111111 = (128-191).255.255.255
Kelas C = (11000000 – 110111111).11111111.11111111.11111111 = (192-223).255.255.255

Gambar di bawah mempermudah pemahaman kita tentang byte-byte yang digunakan masing-masing kelas.





Kelas A memakai 8 bit pertama dari total 32 bit (1 byte dari 4 byte). Kelas B mengambil 16 bit pertama (2 byte). Kelas C mengambil 24 bit pertama (3 byte). Untuk semua kelas, nilai byte pertama dapat menjadi tanda termasuk kelas apakah suatu IP Address. Contohnya: IP 172.16.1.1. Lihat byte pertama (172). Karena kelas A memiliki byte pertama dari 1 – 126 (127 digunakan untuk alamat loopback (lo)), kelas B 128-191, dan kelas C 192-223, maka ip address di atas masuk ke dalam kelas B. Nilai 172.16.1.1 yang merupakan kelas B dapat juga ditulis dengan 172.16.1.1/16. Nilai 16 mengacu pada jumlah bit yang digunakan oleh kelas B yaitu 16 bit pertama. Adapun akhiran /8 dan /24 dimiliki oleh Kelas A dan Kelas C. Memahami akhiran /XX ini sangat penting apalagi untuk memahami subnetting.

Konsep Subnetting
Subnetting merupakan perluasan jumlah alamat jaringan pada IP. Kelas A memiliki 126 jaringan, kelas B memiliki 16.384 jaringan dan kelas C memiliki 2.097.152 jaringan. Lihat tabel di bawah

Kelas
Nilai untuk w 1
Porsi Network ID
Porsi Host ID
Jaringan yang ada
Host per jaringan
A
1–126
w
x.y.z
126
16,777,214
B
128–191
w.x
y.z
16,384
65,534
C
192–223
w.x.y
z
2,097,152
254


Perhitungan IP seperti di atas kadang tidak sesuai dengan kebutuhan di tempat. Makanya dibuatlah konsep subnetting yang memungkinkan pengalamatan IP lebih fleksibel. Kelas B yang menggunakan 16 bit pertama (/16) sebagai alamat jaringannya, dapat diperluas dengan menambah beberapa bit lagi.
Hal-hal yang berhubungan dengan subnetting ini adalah: netmask, minimum maximum host, dan perhitungan kebutuhan host.

Netmask adalah bit-bit pertama yang digunakan untuk menentukan nomor jaringan (network addresss). Netmask untuk kelas A misalnya untuk IP address 10.5.1.1 adalah 255.0.0.0 dapat dituliskan dengan 10.5.1.1/8 (/8 berarti 8 bit pertama, 255.0.0.0 (= 01111111.00000000.00000000.00000000). Konsep subnet adalah menambah bit untuk menambah jumlah alamat jaringan. Jumlah jaringan yang dapat dibentuk pada kelas A hanya 126 (1-126.0.0.0). Untuk menambah jumlah jaringan yang dapat dibentuk, maka kita membutuhkan tambahan dengan cara menambah bit netmask. Misalkan dari /8 menjadi /10 dengan menambah 2 bit. Inilah yang dinamakan subnetting.
Netmask /8 adalah 01111111.00000000. 00000000. 00000000 akan diperluas menjadi /10 yaitu 01111111.11000000. 00000000. 00000000 dengan menambah dua bit setelah 8 bit pertama. Maka kita memiliki perhitungan baru untuk nomor jaringan. Dengan tambahan dua bit, maka jumlah jaringan akan bertambah 4 yaitu 00 (=0 desimal), 01 (=1d), 10(=2d) dan 11(=3d). Ini perbandingannya :


/8
/10
Bit Netmask 01111111.00000000. 00000000. 00000000
11111111.11000000. 00000000. 00000000
Range 1-126.0.0.0 (Jumlah jaringan 126)
1-126.0-3.0.0 (jumlah jaringan 504)
Kelas A
Kelas A

Sering dalam menyelesaikan persoalan jaringan, diketahui suatu alamat IP dan subnetnya. Diminta menentukan identitas lengkap IP tersebut (ip address, netmask, wildcard), alamat jaringan, jaringan yang ada pada subnet tersebut, dan jumlah host maksimal pada alamat itu.
Misalkan terdapat IP address 172.18.15.100/19, maka tentukan keterangan lengkap alamat itu, nomor jaringannya, jaringan yang sederajat dengannya dan jumlah maksimal host pada alamat itu. Mudah saja. IP address 172.18.15.100/19 termasuk kelas B karena 172 ada pada jangkauan 128-191 di byte pertamanya. Netmasknya dapat diketahui dengan melihat akhiran /19 pada ip, yaitu 19 bit pertamanya. IP address yang tersusun dari 4 byte yaitu 8bit kali 4 dengan susunan netmask seperti ini 1111111111. 1111111111.00000000. 00000000 (kelas B) pada 2 byte pertama (16 bit pertama) bernilai 1 (=255.255.0.0). Karena akhiran /19 merupakan kelebihan 3 dari 16bit milik kelas B, maka netmask kelas B pada 16 bit menjadi 19 bit dengan nilai 1 seperti ini 1111111111. 1111111111.11000000. 00000000 (=255.255.192.0). Maka netmask IP address 172.18.15.100/19 adalah 255.255.192.0 (= 1111111111. 1111111111.11000000. 00000000 (bit)). Sekarang kita mencari berapa alamat jaringannya. IP 172.18.15.100/19 termasuk kelas B (16bit) dengan penambahan subnetmask 3 bit (16 bit + 3). Untuk kelas B tanpa subnetting, maka 172.18.15.100 memiliki alamat jaringan tepat pada dua byte pertama yaitu 172.18.0.0. Akan tetapi untuk penambahan 3 bit, maka alamat jaringannya berbeda, dengan mencari nilai pada byte ke-3. Tetapi perlu diketahui bahwa pada byte ke-3 masih digunakan sebagian untuk alamat jaringan dan alamat host. Makanya perlu perntungan bit-bit untuk mengetahui jaringan yang dapat disusun untuk subnetting /19. Subnetting 19 untuk IP 172.18.15.100 memiliki alamat jaringan yang dapat dibentuk dengan melihat bit-bit yang bertambah. Lihat di bawah.

Kelas B 1111111111. 1111111111.00000000. 00000000
Kelas B+Subnet (/19) 1111111111. 1111111111.11100000. 00000000
Kombinasi nomor jaringan untuk 111 → 000 = 0d, 001 = 1d, 010 = 2d, 011 = 3d, 100 = 4d, 101 = 5d, 110 = 6, 111 = 7d TERDAPAT 8 jaringan baru DARI 3 bit tambahan untuk kelas B

Subnet /19 = /16(kelas B) + /3 bit tambahan

No comments:

Post a Comment