Menguasai konsep subnetting sangat penting untuk menguasai teknik
jaringan komputer. Subnetting sangat terpakai dalam aktivitas
sehari-hari membangun jaringan komputer dan troubleshooting ketika
terjadi masalah jaringan. Subnetting berhubungan dengan IP address
dan banyak operasi lainnya dalam jaringan diantaranya masalah routing
baik sederhana maupun kompleks.
Pertama kita mencoba mengumpulkan berbagai topik yang berkaitan
dengan subnetting. Ini agar proses belajar kita lebih mendalam dan
sederhana. Kasus-kasus dan topik yang berhubungan dengan subnetting
seperti di bawah ini.
- Definisi subnet dan subnetting
- Classful dan Classless subnetting
- Network address, broadcast address dan jumlah maksimal host dalam subnet
- Menentukan semua host (jangakauannya, hos min, host max) jika diketahui alamat subnet-nya
- Diketahui IP, berapa subnet address-nya dan host maksimalnya
- Menentukan subnet mask untuk jumlah subnet dan host minimal per subnet
- CIDR Address
- Supernet : menambah host dan merubah susunan bit-bit
- Routing dan gateway
- Latihan subnetting di http://www.indiabix.com/networking/subnetting/.
Definisi Subnet dan Subnetting
Subnet adalah menambah jumlah
network dengan menambah bit network dan mengurangi bit host.
Contohnya untuk alamat 192.168.10.1/24 memiliki bit-bit
10101100.00010000.00001010. 00000001. Alamat ini memiliki alamat
network 192.168.10.0 dan alamat host 192.168.10.1. Alamat ini
merupakan bagian dari kelas C yang memiliki netmask 255.255.255.0
yang menggambarkan jumlah alamat jaringan yang dapat dibuat adalah
255 x 255 x 255 jaringan. Untuk memperlebar jumlah jaringan, maka
dapat dilakukan dengan metode subnetting, tanpa melihat perhitungan
ip address berdasar klasifikasi A, B atau C. Kelas C yang memiliki
bit netmask 11111111.11111111.11111111. 00000000 (255.255.255.0)
dapat diperlebar dengan menambah bit satu pada bit-bit nol. Ini
tentunya menyebabkan jumlah alokasi IP untuk masing-masing jaringan
berkurang. Jika untuk kelas C, akan didapat sebanyak 255 IP per
jaringan (netmask =
255.255.255.0 vs. wildcard
(jumlah host) = 0.0.0.255). Dengan merubah netmask menjadi
255.255.255.128 atau dalam bentuk bit-bit
11111111.11111111.11111111.10000000,
maka kita lihat alokasi awal alamat jaringan (kumpulan bit 1 yang
berhuruf tebal) bertambah 1 dengan mengambil 1 bit pada byte host
(dari 00000000
menjadi 10000000).
Nah, dari sini jumlah jaringan bertambah 2 (nol dan satu, 00000000
dan 10000000).
Classful vs Classless Subnetting
Perhitungan IP address dapat
menggunakan konsep classful
dan
classless.
Classful membagi ip address menjadi kelas A, B, C, D dan E. Kita
mengetahui susunan IP Address terdiri dari 4 byte. Untuk 172.168.10.1
(byte 1 = 172,
byte 2 = 168,
byte 3 = 10,
byte 4 = 1).
IP address yang terdiri dari alamat jaringan (network address) dan
alamat host (host address). Alamat jaringan dan host ini dapat
berbeda jumlah dan kapasitasnya, tergantung pada kelas apa.
Masing-masing
kelas dapat ditandai dengan nilai pada byte pertama, jadi kita dapat
membedakan dengan mudah masuk kelas apa suatu alamat IP.
11111111.11111111.11111111.11111111.
Byte pertama dengan tulisan tebal, akan diganti 3 bit pertamanya
untuk mendapatkan alamat-alamat jaringan untuk kelas A, B, atau C
(kelas D dan E digunakan untuk penelitian saja.) Di bawah ini alokasi
IP address untuk kelas A, B dan C
Kelas
A = 11111111.11111111.11111111.11111111
Kelas
B = 11111111.11111111.11111111.11111111
Kelas
C = 11111111.11111111.11111111.11111111
Kelas A hanya memiliki kombinasi
alamat jaringan 1 byte pertama, sehingga hanya memiliki 255 alamat
jaringan saja. Adapun lainnya digunakan untuk alamat host sebanyak
255x255x255 IP address. Kelas B menggunakan 2 byte dari total 4 byte
alamat IP (= 255x255 (=65535) alamat jaringan dan 255x255 (=65.534)
alamat host). Adapun kelas C memiliki paling banyak alokasi alamat
jaringan yaitu 3 byte pertama dari seluruh byte alamat, yaitu
255x255x255 (=16.581.375) dan alamat host per jaringan sebanyak 254
saja. Untuk alamat byte pertama dari masing-masing kelas seperti
berikut (yang di dalam kurung) :
Kelas A = (00000001 –
011111111).11111111.11111111.11111111
= (1-126).255.255.255
Kelas B = (10000000 – 101111111).11111111.11111111.11111111
= (128-191).255.255.255
Kelas C = (11000000 –
110111111).11111111.11111111.11111111
= (192-223).255.255.255
Gambar di bawah mempermudah pemahaman kita tentang byte-byte yang
digunakan masing-masing kelas.
Kelas A memakai 8 bit pertama dari total 32 bit (1 byte dari 4 byte).
Kelas B mengambil 16 bit pertama (2 byte). Kelas C mengambil 24 bit
pertama (3 byte). Untuk semua kelas, nilai byte pertama dapat menjadi
tanda termasuk kelas apakah suatu IP Address. Contohnya: IP
172.16.1.1. Lihat byte pertama (172). Karena kelas A memiliki
byte pertama dari 1 – 126 (127 digunakan untuk alamat
loopback (lo)), kelas
B 128-191, dan kelas C 192-223, maka ip address di atas masuk ke
dalam kelas B. Nilai 172.16.1.1 yang merupakan kelas B dapat juga
ditulis dengan 172.16.1.1/16. Nilai 16 mengacu pada jumlah bit
yang digunakan oleh kelas B yaitu 16 bit pertama. Adapun akhiran /8
dan /24 dimiliki oleh Kelas A dan Kelas C. Memahami
akhiran /XX ini sangat penting apalagi untuk memahami subnetting.
Konsep Subnetting
Subnetting merupakan perluasan jumlah alamat jaringan pada IP. Kelas
A memiliki 126 jaringan, kelas B memiliki 16.384 jaringan dan kelas C
memiliki 2.097.152 jaringan. Lihat tabel di bawah
Kelas
|
Nilai
untuk w 1
|
Porsi
Network ID
|
Porsi
Host ID
|
Jaringan
yang ada
|
Host
per jaringan
|
---|---|---|---|---|---|
A
|
1–126
|
w
|
x.y.z
|
126
|
16,777,214
|
B
|
128–191
|
w.x
|
y.z
|
16,384
|
65,534
|
C
|
192–223
|
w.x.y
|
z
|
2,097,152
|
254
|
Perhitungan IP seperti di atas kadang tidak sesuai dengan kebutuhan
di tempat. Makanya dibuatlah konsep subnetting yang memungkinkan
pengalamatan IP lebih fleksibel. Kelas B yang menggunakan 16 bit
pertama (/16) sebagai alamat jaringannya, dapat diperluas dengan
menambah beberapa bit lagi.
Hal-hal yang berhubungan dengan subnetting ini adalah: netmask,
minimum maximum host, dan perhitungan kebutuhan host.
Netmask adalah bit-bit pertama yang digunakan untuk menentukan nomor
jaringan (network addresss). Netmask untuk kelas A misalnya untuk IP
address 10.5.1.1 adalah 255.0.0.0 dapat dituliskan dengan 10.5.1.1/8
(/8 berarti 8 bit pertama, 255.0.0.0 (=
01111111.00000000.00000000.00000000). Konsep subnet adalah menambah
bit untuk menambah jumlah alamat jaringan. Jumlah jaringan yang dapat
dibentuk pada kelas A hanya 126 (1-126.0.0.0). Untuk menambah
jumlah jaringan yang dapat dibentuk, maka kita membutuhkan tambahan
dengan cara menambah bit netmask. Misalkan dari /8 menjadi /10 dengan
menambah 2 bit. Inilah yang dinamakan subnetting.
Netmask /8 adalah 01111111.00000000. 00000000. 00000000 akan
diperluas menjadi /10 yaitu 01111111.11000000.
00000000. 00000000 dengan menambah dua bit setelah 8 bit pertama.
Maka kita memiliki perhitungan baru untuk nomor jaringan. Dengan
tambahan dua bit, maka jumlah jaringan akan bertambah 4 yaitu 00 (=0
desimal), 01 (=1d), 10(=2d) dan 11(=3d). Ini perbandingannya :
/8
|
/10
|
---|---|
Bit Netmask 01111111.00000000.
00000000. 00000000
|
11111111.11000000. 00000000.
00000000
|
Range
1-126.0.0.0 (Jumlah jaringan 126)
|
1-126.0-3.0.0
(jumlah jaringan 504)
|
Kelas
A
|
Kelas
A
|
Sering dalam menyelesaikan persoalan jaringan, diketahui suatu alamat
IP dan subnetnya. Diminta menentukan identitas lengkap IP tersebut
(ip address, netmask, wildcard), alamat jaringan, jaringan yang ada
pada subnet tersebut, dan jumlah host maksimal pada alamat itu.
Misalkan terdapat IP address 172.18.15.100/19, maka tentukan
keterangan lengkap alamat itu, nomor jaringannya, jaringan yang
sederajat dengannya dan jumlah maksimal host pada alamat itu. Mudah
saja. IP address 172.18.15.100/19 termasuk kelas B karena 172
ada pada jangkauan 128-191 di byte pertamanya. Netmasknya
dapat diketahui dengan melihat akhiran /19 pada ip, yaitu 19 bit
pertamanya. IP address yang tersusun dari 4 byte yaitu 8bit kali 4
dengan susunan netmask seperti ini 1111111111.
1111111111.00000000. 00000000 (kelas B) pada 2 byte pertama (16
bit pertama) bernilai 1 (=255.255.0.0). Karena akhiran /19 merupakan
kelebihan 3 dari 16bit milik kelas B, maka netmask kelas B pada 16
bit menjadi 19 bit dengan nilai 1 seperti ini 1111111111.
1111111111.11000000. 00000000 (=255.255.192.0). Maka
netmask IP address 172.18.15.100/19 adalah 255.255.192.0
(= 1111111111. 1111111111.11000000. 00000000 (bit)). Sekarang
kita mencari berapa alamat jaringannya. IP 172.18.15.100/19
termasuk kelas B (16bit) dengan penambahan subnetmask 3 bit (16 bit +
3). Untuk kelas B tanpa subnetting, maka 172.18.15.100 memiliki
alamat jaringan tepat pada dua byte pertama yaitu 172.18.0.0. Akan
tetapi untuk penambahan 3 bit, maka alamat jaringannya berbeda,
dengan mencari nilai pada byte ke-3. Tetapi perlu diketahui bahwa
pada byte ke-3 masih digunakan sebagian untuk alamat jaringan dan
alamat host. Makanya perlu perntungan bit-bit untuk mengetahui
jaringan yang dapat disusun untuk subnetting /19. Subnetting 19 untuk
IP 172.18.15.100 memiliki alamat jaringan yang dapat dibentuk
dengan melihat bit-bit yang bertambah. Lihat di bawah.
Kelas B 1111111111. 1111111111.00000000. 00000000
Kelas B+Subnet (/19) 1111111111. 1111111111.11100000.
00000000
Kombinasi nomor jaringan untuk 111 → 000 = 0d, 001 = 1d, 010 =
2d, 011 = 3d, 100 = 4d, 101 = 5d, 110 = 6, 111 = 7d TERDAPAT
8 jaringan baru DARI 3 bit tambahan untuk kelas B
Subnet /19 = /16(kelas B) + /3 bit tambahan
No comments:
Post a Comment